Kata Pengantar
Assalamu
alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan
syukur saya panjatakan kepada Allah SWT yang telah memberikan saya nikmat
kesehatan dan kesempatan, sehingga Makalah saya yang berjudul “Kondisi
Psikologis Remaja” dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan oleh
Dosen Mata Kuliah PSIKOLOGI.
Tak lupa pula saya kirimkan salawat
serta salam kepada junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW, yang telah membawa
kita umat manusia utamanya umat Islam dari alam yang gelap-gulita ke alam yang
terang-benderang, sehingga saya dapat menikmati kehidupan pada zaman sekarang
ini.
Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Sehubungan dengan ini, kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat saya harapkan untuk pengembangan makalah ini
selanjutnya.
Saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada pembimbing serta teman-teman mahasiswi yang telah
membantu saya dalam menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Bogor, Mei 2013
i
Daftar Isi
·
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
·
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
·
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
·
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
1.1
Perkembangan Psikologik
Remaja.......................................................................................3
1.2
Perkembangan Psikologik Remaja,
Karakteristik, dan Permasalahannya...........................7
·
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
Kesimpulan...............................................................................................................................12
·
Daftar
Pustaka..............................................................................................................14
ii
BAB I
Pendahuluan
Dampak Pertumbuhan Fisik terhadap Kondisi Psikologis Remaja
Pertumbuhan
fisik yang sangat pesat pada masa remaja awal ternyata berdampak pada kondisi
psikologis remaja, baik putri maupun putra. Canggung, malu, kecewa, dll adalah
perasaan yang umumnya muncul pada saat itu.
Hampir
semua remaja memperhatikan perubahan pada tubuh serta penampilannya. Perubahan
fisik dan perhatian remaja berpengaruh pada citra jasmani (body image) dan
kepercayaan dirinya (self-esteem).
Ada tiga
jenis bangun tubuh yang menggambarkan tentang citra jasmani, yaitu endomorfik,
mesomorfik dan ektomorfik. Endomorfik banyak lemak sedikit otot (padded).
Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender). Mesomorfik sedikit lemak
banyak otot (muscular).
BABII
Pembahasan
PERKEMBANGAN PSIKOLOGIK REMAJA
Pembentukan Konsep Diri
Remaja adalah masa transisi dari
periode anak ke dewasa.
Secara
psikologik kedewasaan adalah keadaan di mana sudah ada ciri-ciri psikologik
teretentu pada seseorang. Ciri-ciri psikologik itu menurut G.W. Allpoert (1961,
Bab VII) adalah :
Pemekaran diri sendiri (extention of
the self) :
- egoisme berkurang
- rasa memilliki meningkat
- mencintai orang lain dan alam
sekitar
- kemampuan tenggang rasa
Kemampuan untuk melihat diri sendiri
secara objektif (sel objectivication) :
- kemampuan mempunyai wawasan tentang
diri sendiri (self insight)
- kemampuan untuk menangkap humor
(sese of humor)
- tidak marah jika dikritik
- dapat mengevaluasi dir
Memiliki filsafat hidup tertentu
(unifying philosophy of life) :
- tidak mudah terpengaruh
- pendapat-pendapatnya dan sikapnya
cukup jelas dan tegas
Menurut
Richmond dan Slansky (1984, hlm.110-111) inti dari tugas perkembangan seseorang
dalam periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan.
Sedangkan menemukan bentuk kepribadian yang khas (yang oleh Allport dinamakan
”unifying philosophy of life”) dalam periode itu belum menjadi sasaran utama.
Perkembangan Intelegensi
Intelegensi adalah -David Wechsler
(1958)- :
Keseluruhan
kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah
dan menguasai lingkungan secara efektif.
Intelegensi
memang mengandung unsur fikiran atau ratio. Makin banyak unsur ratio yang digunakan
dalam suatu tindakan atau tingkah laku, makin berintelegensi tingkah laku
tersebut.
Ukuran intelegensi dinyatakan dalam
IQ (Intelligence Quotient).
Perhitungan :
Orang Dewasa
Dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagai soal (hitungan,
kata-kata, gambar-gambar dan lain-lain) dan menghitung berapa banyaknya
pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar dan membandingkannya dengan sebuah
daftar (yang dibuat berdasarkan penelitian yang terpercaya) maka didapatkanlah nilai
IQ yang bersangkutan.
Anak-anak
Dengan
menyuruh mereka melakukan pekerjaan tetentu dan menjawab pertanyaan tertentu
(misalnya: menghitung sampai 10 atau 100, menyebut nama-nama hari atau bulan,
membuka pintu dan menutupnya kembali, dan lain-lain). Jumlah pekerjaan yang
bisa dilakukan anak kemudian dicocokkan dengan membuat daftar untuk mengetahui
usia mental (mental age = MA) anak. Makin banyak yang bisa dijawab atau
dikerjakan anak, makin tinggi usia mentalnya. Usia mental ini kemudian dibagi
dengan usia kalender (callender age = CA) dan dikalikan 100, maka didapatkan IQ
anak.
Rumus : IQ = MA/CA x 100
Teori
intelegensi yang meninjaunya dari sudut perkembangan dikemukakan oleh Jean
Piaget (1896-1980). Piaget berpendapat bahwa setiap orang mempunyai sistem
pengaturan dari dalam pada sistem kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat
sepanjang hidup sesorang dan berkembang sesuai dengan perkembangan aspek-aspek
kognitif yaitu :
Kematangan,
merupakan perkembangan susunan syaraf shg misalnya fungsi-fungsi indera menjadi
lebih sempurna.
Pengalaman, yaitu hubungan timbal
balik dengan lingkungannya.
Transmisi
sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial antara lain
melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.
Ekuilibrasi,
yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan
keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. (Gunarsa, 1982,
hlm.140-141)
Sistem pengaturan mempunyai 2 faktor
:
Skema
Adalah pola yang teratur yang
melatarbelakangi suatu tingkah laku.
Adaptif
Adalah
penyesuaian terhadap lingkungan yang bersangkut-paut dengan tujuan dan
perjuangan hidup.
Tahap-tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut (Gunarsa, 1982,
hlm.146-161; Piaget, 1959, hlm.123)
Tahap I : Masa sensori-motor (0-2.5
tahun)
Masa ketika
bayi mempergunakan sistem penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal
lingkungannya.
Tahap II : Masa praoperasional
(2.0-7.0 tahun)
Ciri
khasnya adalah kemampuan menggunakan simbol, yaitu mewakili sesuatu yang tidak
ada.
Tahap III : Masa konkrit-operasional
(7.0-11.0 tahun)
Sudah bisa
melakukan berbagai macam tugas yang konkrit. Ia mulai mengembangkan 3 macam
operasi berfikir, yaitu :
a. Identitas : mengenali sesuatu
b. Negasi : mengingkari sesuatu
c. Resiprokasi : mencari hubungan
timbal baik antara beberapa hal
Tahap IV : Masa formal-operasional
(11.0-dewasa)
Dalam usia
remaja dan seterusnya sesorang sudah mampu berfikir abstrak dan hipotetis.
Masa remaja
adalah masa yang penuh emosi. Salah satu ciri periode ”topan dan badai” dalam
perkembangan jiwa manusia ini adalah emosi yang meledak-ledak, sulit untuk
dikendalikan. Plato menyamakan emosi remaja ini dengan ”api”. Di satu pihak
emosi yang memnggebu-gebu ini memang menyulitkan, terutama untuk orang lain
(termasuk orang tua dan guru) dalam mengerti jiwa si Remaja. Tetapi di lain
pihak, emosi yang menggebu ini bermanfaat untuk remaja itu terus mencari
identitas dirinya.
Perkembangan Peran Sosial
Gejolak
emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebakan antara lain oleh
adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang
dewasa, di lain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tuanya.
Konflik
peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan-kesulitan lain pada
masa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan-latihan agar anak dapat
mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya
sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepat
saat-saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang
tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.
Perkembangan Peran Seksual
Ada 4 macam manusia ditinjau dari
peran seksualnya, yaitu :
Tipe
maskulin, yaitu yang sifat kelaki-lakiannya di atas rata-rata, sifat
kewanitaannya kurang dari rata-rata.
Tipe
feminin, yaitu yang sifat kewanitaannya di atas rata-rata, sifat
kelaki-lakiannya kurang dari rata-rata.
Tipe
androgin, yaitu yang sifat kelaki-lakian maupun kewanitaannya di atas
rata-rata.
Tipe tidak
tergolongkan (undiferentiated), yaitu yang sifat kelaki-lakiannya maupun
kewanitaannya di bawah rata-rata.
(Wrightsman, 1981, hlm.445)
Perkembangan Moral dan Religi
Religi
yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini
adalah sebagian dari moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan suatu perbuatan yang dinilai
tidak baik sehingga perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah
laku baik-buruk, secara psikologik termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk
dalam moral adalah sopan-santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain.
Kohlberg
membagi perkembangan moral dalam 3 tahap yang masing-masing dibagi lagi dalam 2
tingkatan :
Tahap I (tingkat 1 dan 2) : Tahap
Prakonvensional
Tingkat 1 à pedoman mereka hanyalah
hindari hukuman
Tingkat 2 à sudah ada pengertian
bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri, seseorang juga harus memikirkan
kepentingan orang lain.
Tahap II (tingkat 3 dan 4) : Tahap
Konvensional
Setuju pada aturan dan harapan
masyarakat dan penguasa, hanya karena memang sudah demikianlah keadaannya.
Terjadi pada remaja dan sebagian besar orang dewasa.
Tahap III (tingkat 5 dan 6) : Tahap
Pasca Konvensional
Terjadi pada sebagian orang dewasa.
Tahap ini mendasarkan penilaian mreka terhadap aturan dan harapan masyarakat
pada prinsip-prinsip moral umum.
Tingkat 1 à kontak sosial atau hak
individu
Tingkat 2 à prinsip etika universal
(Lickona, 1975, hlm. 32-33)
Psikologi Remaja, Karakteristik dan Permasalahannya
Masa yang paling indah adalah masa remaja.
Masa yang paling menyedihkan adalah masa remaja.
Masa yang paling ingin dikenang adalah masa remaja.
Masa yang paling ingin dilupakan adalah masa remaja.
Remaja
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada
usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21
tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada
rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa
dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja
sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang
diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen
ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak
Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu
bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai
sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh
James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja
yaitu identity diffusion/ confussion,
moratorium, foreclosure, dan identity
achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988).
Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga
sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang
dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
Ketidakstabilan emosi.
Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan
petunjuk hidup.
Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal
penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak
sanggup memenuhi semuanya.
Senang bereksperimentasi.
Senang bereksplorasi.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah
masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan
fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006).
Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja
bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.
Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa
permasalahan utama yang dialami oleh remaja.
Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh
remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai
masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi
berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik
yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan.
Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun
idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang
percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja
perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya,
khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian
survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan
kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini
sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang
penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan
yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat
sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia
(Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami
sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan,
maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian
pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka
bereksperimentasi dan berskplorasi.
Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini
sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan
tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada
kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan
mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa.
Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba
yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas,
adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya
kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif
dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol
dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi
pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang
temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya
harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
Cinta dan Hubungan Heteroseksual
Permasalahan Seksual
Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson (dalam
Fagan,2006), menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap
sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang
paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan
narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang memungkinkan munculnya penggunaan
alkohol dan narkoba pada remaja:
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang
diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik
antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada
perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan
hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai
kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para
siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti
rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua
emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid &
Fei ditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang
mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate
love) atau yang sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan
individu untuk memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan
kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa
percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka
akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual
pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual,
konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan,
adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ
reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan
sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock, 1991).
Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja
yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas,
penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang
tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan
pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan
orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke
rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini
jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan
terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua
memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu
kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa
khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral.
Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral
sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus
diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai,
tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata
nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama
teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah
sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas.
Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja
menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri
ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta memperbaiki
diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik
dan permasalahan yang menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua
untuk lebih memahami karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku
mereka. Perilaku mereka kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini
terkadang yang menjadi stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya,
butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk benar-benar mempersiapkan remaja kita
kelak menghadapi masa dewasanya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Remaja adalah masa transisi dari
periode anak ke dewasa.
Secara
psikologik kedewasaan adalah keadaan di mana sudah ada ciri-ciri psikologik
teretentu pada seseorang.
Menurut
Richmond dan Slansky (1984, hlm.110-111) inti dari tugas perkembangan seseorang
dalam periode remaja awal dan menengah adalah memperjuangkan kebebasan.
Sedangkan menemukan bentuk kepribadian yang khas (yang oleh Allport dinamakan
”unifying philosophy of life”) dalam periode itu belum menjadi sasaran utama.
Teori
intelegensi yang meninjaunya dari sudut perkembangan dikemukakan oleh Jean
Piaget (1896-1980). Piaget berpendapat bahwa setiap orang mempunyai sistem
pengaturan dari dalam pada sistem kognisinya.
Dalam usia
remaja dan seterusnya sesorang sudah mampu berfikir abstrak dan hipotetis.
Masa remaja
adalah masa yang penuh emosi. Salah satu ciri periode ”topan dan badai” dalam
perkembangan jiwa manusia ini adalah emosi yang meledak-ledak, sulit untuk
dikendalikan. Plato menyamakan emosi remaja ini dengan ”api”. Di satu pihak
emosi yang memnggebu-gebu ini memang menyulitkan, terutama untuk orang lain
(termasuk orang tua dan guru) dalam mengerti jiwa si Remaja. Tetapi di lain
pihak, emosi yang menggebu ini bermanfaat untuk remaja itu terus mencari
identitas dirinya.
Perkembangan Peran Sosial
Gejolak
emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebakan antara lain oleh
adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang
dewasa, di lain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tuanya.
Konflik
peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan-kesulitan lain pada
masa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan-latihan agar anak dapat
mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya
sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepat
saat-saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang
tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.
Perkembangan Moral dan Religi
Religi
yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini
adalah sebagian dari moral, sebab dalam moral sebenarnya diatur segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan suatu perbuatan yang dinilai
tidak baik sehingga perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah
laku baik-buruk, secara psikologik termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk
dalam moral adalah sopan-santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain.
Daftar Pustaka
Choate, L.H.
(2007). Counseling Adolescent Girls for Body Image Resilience: Strategi for
School Counselors. Profesional School Counseling. Alexandria: Feb 2007. Vol.
10, Iss. 3; pg. 317, 10 pgs
Dr. Sarlito
Wirawan Sarwono. Psikologi Remaja
Fagan, R.
(2006). Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance
Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For
Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333.
Gunarsa, S.
D. (1989). PsikologiPperkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Hurlock,
E.B. (1991). Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
(Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mongks, F.
J. , Knoers, A. M. P. , & Haditono, S. R. (2000). Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muss, R. E.
, Olds, S. W. , & Fealdman (2001). Human Developmen. Boston: McGraw-Hill
Companies.
Rey, J.
(2002). More than Just The Blues: Understanding Serious Teenage Problems.
Sydney: Simon & Schuster.
Rini, J.F.
(2004). Mencemaskan Penampilan.
Santrok, J.
W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Setiono,
L.H. (2002). Beberapa Permasalahan Remaja.
Tambunan, R.
(2001).
Mitos-mitos
Seputar “Gak Bakal Hamil”.
Diakses
melalui http://mentoringku.wordpress.com/2/
Kredit Foto: inmagine.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar